Buku ini menggambar pendapat seorang penulis sosial-demokrat mengenai Irian Jaya Barat. Gambaran dibuat tentang situasi di Irian Jaya serta konflik pada tahun 1945 antara Belanda dan Indonesia dan penyerahterimaan kedaulatan dimana Irian Jaya dibiarkan keluar. Perkembangan berikutnya diteliti dan penulis memberi pendapatnya tentang Irian Jaya, mengapa demi kepentingan orang Papua Irian Jaya sebaiknya diserahterimakan secepatnya kepada Indonesia

Buku sekolah tentang penjelajahan dan sejarah Irian Jaya dan Hindia Barat

Sesudah periode singkat di Hindia Belanda penulis berangkat ke Daerah Pegunungan Central di Nieuw Guinea dimana Wisselmeren baru saja dijelajah. Dia diberi tugas untuk memetakan daerah-daerah yang belum dieksplorasi sampai orang Jepang menduduki N.G.. Bersama sejumlah orang Papua dari pegunungan dia berhasil lepas dari tangan penjajah. Akibat petualangannya dia telah terkenal sebagai 'Jungle Pimpernel'.

Ceramah umum tentang penelitian zoologi di Irian Jaya yang diucapkan pada kesempatan penerimaan jabatan lektor ilmu hewan pada Universitas Nasional Leiden

Edisi dari 'De week van de Nederlandse missionairs' dimana penulis, seorang misionaris-antropolog melapor pengalamanya di daerah Mappi di Nieuw Guinea bagian selatan

Cerita dokumenter tentang perkembangan misi katolik di Irian Jaya Selatan dengan sumbangan 7 misionaris, periode 1950-1995. Perhatian khusus diberikan kepada peralihan pemerintahan Irian Jaya kepada Indonesia dan efek-efek Konsili Vatikan (1965). Bagian 3: Para pembimbing.

Cerita dokumenter tentang pelanjutan pemulaan yang berat di pesisir Nieuw Guinea dari segi misioner Katolik Roma, masa 1925-1950. Bagian 2: Para perintis: Pembukaan daerah pedalaman

Pengalaman-pengalaman penulis di Irian Jaya dan Papua New Guinea dan pertemuan-pertemuannya dengan suku Dani di Lembah Balim dan orang Papua di tepi sungai Sepik

Autobiografi bekas Gubernur Nieuw-Guinea, bagian I. Bagian ini menggambar masa pemudanya, masa belajar, pengenalanya dengan Nieuw-Guinea sebagai administrator muda , pekerjaaanya serta periode perang sampai 1947, kembali di Belanda.

Pemanfaatan unsur-unsur seni dan budaya sebagai sarana pekabaran injil ditengah bangsa Papua